Tahapan apresiasi agar dapat tercapai yang paling tinggi, perlu didukung oleh dua syarat. Pertama, latar belakang atau pengalaman melihat karya seni secara berulang-ulang.
Pengalaman melihat suatu karya secara berulang-ulang baik itu dengan sengaja maupun tidak sengaja akan membiasakan diri menghadapi berbagai bentuk karya seni, di samping seseorang berkarya sendiri melihat berulang-ulang kepekaan di dalam menilai suatu karya seni akan terasah dengan sendirinya.
Hal ini akan meningkatkan daya apresiasi, seandainya kita senang menyaksikan pameran karya seni atau sering berkunjung ke galeri.
Kedua adalah keterbukaan, artinya seorang pecinta seni harus memiliki kesiapan mental berupa sikap positif, dan tidak diawali oleh prasangka buruk. Dengan sikap positif ini memungkinkan bisa mempercepat peningkatan kemampuan apresiasi karya seni.
Untuk meningkatkan kemampuan berapresiasi perlu kita mempelajari berbagai macam pendekatan yang sering digunakan orang untuk meningkatkan kemampuannya berapresiasi, antara lain sebagai berikut.
a. Pendekatan mimetik
Pendekatan mimetik lebih menekankan hubungan antara karya seni dan kenyataan yang ada.
Pendekatan ini sangat cocok digunakan untuk mengapresiasi karya seni yang realistik dan naturalistik, mengingat ukuran indah atau tidak indah secara langsung ataupun tidak langsung berkaitan erat dengan wujud realitas yang sebenarnya. Pendekatan ini dapat diarahkan pada segi makna , isi atau pesan yang sesuai dengan realitas kehidupan.
b. Pendekatan ekspresif
Pendekatan lebih mefokuskan hubungan antara karya dan ungkapan kejiwaan penciptanya. Pendekatan ini digunakan ketika menghadapi karya-karya yang nilai ekspresinya sangat kuat. Setiap karya memang bernilai ekspresi, namun ada pula karya seni yang secara spontan dan lugas ditumpahkan oleh penciptanya.
Karya ekspresif juga terkadang tidak memperhatikan kesesuaian bentuk, warna, dan komposisi yang terdapat di alam nyata. Dalam karya ini tidak lagi berpedoman pada kebersihan dan keindahan karya, tetapi kelihatan kotor dan carut marut dalam membuat karya seni.
c. Pendekatan struktural
Pendekatan ini diarahkan untuk menganalisa bagian-bagian atau unsur-unsur seni. Unsur-unsur tersebut saling terkait antara yang satu dengan lainnya. Secara umum kita dapat , mengamati unsur-unsur tersebut diarahkan secara memusat (sentral) atau menyebar, atau unsur-unsur tersebut bersifat simetris (seimbang) atau tidak simetris (tidak seimbang).
d. Pendekatan semiotik
Semiotik diartikan segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem lambang kehidupan manusia. Pendekatan ini digunakan untuk memperhatikan hubungan antara objek benda dan pesan di balik benda. Karena semiotik sama dengan simbol, maka setiap objek gambar dipandang sebagai simbol dimana terdapat muatan makna. Pada dasarnya karya seni adalah simbol-simbol yang mempunyai makna. Simbol disini dapat berupa garis, warna, wujud, komposisi, suasana gelap terang ataupun teksturnya.
Seni rupa terapan adalah merupakan salah satu hasil karya seni rupa dari jaman pra sejarah. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan-penemuan benda seni rupa terapan. Seni rupa terapan yang ditemukan pada jaman pra sejarah ini diperkirakan merupakan benda untuk kegiatan berburu dan meramu, atau dengan kata lain hasil karya seni rupa yang digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Beberapa hasil karya seni pada jaman prasejarah antara lain berupa kapak genggam dari batu (chopper), parigi, chalcedon (beraneka ragam batu) dan peralatan dari tulang (bone culture), macam-macam tembikar, dengan motif sederhana, gelang, kalung, dan cincin dari batu dan pakaian dari kayu, dan lain-lain.
Beberapa hasil karya seni pada jaman prasejarah antara lain berupa kapak genggam dari batu (chopper), parigi, chalcedon (beraneka ragam batu) dan peralatan dari tulang (bone culture), macam-macam tembikar, dengan motif sederhana, gelang, kalung, dan cincin dari batu dan pakaian dari kayu, dan lain-lain.