Senin, 20 April 2020

Tradisi Sejarah Indonesia Masa Aksara

Masa aksara adalah zaman dimana manusia telah mengenal tulisan sebagai alat komunikasinya. Masa aksara juga disebut zaman sejarah sebagai kelanjutan dari zaman Praaksara. Pada masa aksara, para sejarawan sudah bisa menentukan peninggalan dalam bentuk tulisan. Di indonesia, catatan tertulis paling tua berasal dari kerajaan Kutai, Kalimantan Timur yang berasal dari Tahun 400 M.
adalah zaman dimana manusia telah mengenal tulisan sebagai alat komunikasinya Tradisi Sejarah Indonesia Masa Aksara
1. Rekaman tertulis dalam tradisi sejarah di indonesia
Sejak masuk dan berpengaruhnya Hindu-Budha di Indonesia, masyarakat Indonesia mulai mengenal tulisan. Pengaruh tersebut mempunyai dampak yang sangat besar dalam perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Bangsa indonesia dapat mencatat berbagai peristiwa yang terjadi sesuai rekaman tertulis tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Rekaman tertulis tersebut antara lain sebagai berikut;
a. Prasasti
Adalah peninggalan tertulis yang dipahatkan dan dilukiskan pada bahan yang tidak mudah musnah, seperti batu, logam, dan gading. Prasasti merupakan tulisan yang memuat informasi tentang sejarah, peringatan, atau catatan suatu peristiwa. Prasasti dibuat atas perintah raja yang berkuasa. Tujuan dibuat prasasti adalah untuk mengabadikan suatu peristiwa penting yang dialami seorang raja / sebuah kerajaaan.
1) Bahasa Sanskerta
Prasasti tetua di Indonesia ditemukan di Indonesia ditulis dalam bahasa sanskerta. Bahasa sanskerta digunakan para raja-raja di Indonesia pada abad ke-4 hingga ke-9.
2) Bahasa Jawa kuno
Merupakan bahasa yang dipakai pada abad ke-9. Contoh prasasti Kedu (907  M) / prasasti Mantyasih peninggalan dari kerajaan Mataram Kuno.
3) Bahasa Melayu Kuno
Bahasa ini sering dijumpai di daerah sumatera, seperti prasasti kedukan bukit, prasasti talang tuo, dan prasasti telaga batu yang merupakan peninggalan kerajaan Sriwwijaya
4) Bahasa Bali kuno
Bahasa ini digunakan pada prasasti peninggalan kerajaan-kerajaan di Bali. Huruf yang sering digunakan adalah huruf pallawa, Jawa kuno, dan Pranagiri. Misalnya prasasti Ugrasena dan Prasasti Julah.

Berikut contoh prasasti pada masa peninggalan kerajaan yang bercorak Hindu-Budha;
1) Prasasti kerajaan Kutai di Kalimantan Timur
Berupa tujuh buah yupa (tugu batu). Yupa adalah tugu batu peringatan upacara kurban.
2) Prasasti kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat
Beberapa prasasti yang ditemukan dijawa barat;
  1. Prasasti Ciaruten di temukan di muara sungai Cisadane, yang ditulis di batu besar disertai cap sepasang tapak Kaki.
  2. Prasasti Jambu ditemukan di bukit Koleangkak, kira-kira 30 KM sebelah barat bogor.
  3. Prasasti Kebon Kopi di temukan di Cibung Bulan, Bogor.
  4. Prasasti Cidanghiang yang berbunyi sebagai berikut.“Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguh-sungguhnya dari raja dunia, Yang mulia Punawarman, yang menjadi panji sekalia raja”.
    • Prasasti tugu ditemukan di tugu, Jakarta merupakan prasasti terpanjang peninggalan kerajaan Tarumanegara.
    • Prasasti Pasir Awi dan Muara Cianten tertulis dalam aksara Ikal yang belum dapat dibaca. Pada prasati ini terdapat cap sepasang telapak kaki.
3) Prasasti Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan
  1. Prasasti kedukan bumi (682M), menceritakan penaklukan Sriwijaya atas Minanga (binanga) yang dipimpin oleh Raja Sriwijaya
  2. Prasasti talang Tuo (684), menerangkan nama raja yang memimpin penakhlukan atas Minanga, yaitu Dapunta Hyang Sri Rajasa.
  3. Prasasti telaga batu, berisi kutukan bagi rakyat yang melakukan kejahatan dan tidak taat kepada perintah raja.
  4. Prasasti ligor, yang memuat tulisan Sriwijayendraraja (raja Sriwijaya).
  5. Prasasti karang berahi, prasasti ini menyatakan permintaan terhadap dewa agar menjaga Kerajaan Sriwijaya dan menghukum setiap orang yang bermaksud jahat.
4) Prasasti kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah
  1. Prasasti Canggal, ditemukan digunung wukir dekat magelang
  2. Prasasti Tuk Mas, ditemukan didesa Dakawu
  3. Prasasti Kalasan, ditemukan didesa kalasan, Yogyakarta.
  4. Prasasti Klurak, isinya mengenai pembuatan bangunan suci dan Arca Manjusri oleh raja Indra.
  5. Prasasti Mantyasih, ditemukan di desa Mantyasih, Kedu, Jawa tengah. Isi prasasti mengenai silsilah raja-raja Mataram dari Sanjaya sampai Dyah belitung.
  6. Prasasti Dinoyo, berangka 760M dengan huruf berbahasa Sanskerta. Isinya menyebutkan sebuah kerajaan yang berpusat di Kanjuruhan dengan rajanya bernama Dewa Simba.
5) Prasasti kerajaan Kediri d Jawa Timur
  1. Prasasti Sirah Keting (1104 M), menceritakan tentang hadiah tanah kepada rakyat desa Raja Jayawarsa.
  2. Prasasti Ngantang (1135 M), dalam prasasti menyebutan raja Jayabaya yang memberikan hadiah kepada rakyat desa Ngantang sebidang tanah yang bebas dari pajak.
  3. Prasasti Jaring (1181 M), dibuat oleh raja ganda, prasasti berisi tentang sejumlah nama-nama hewan, seperti Kebo Waruga dan Tikus Jinada.
  4. Prasasti Kamulan (1194 M), prasasti ini menyatakan bahwa pada masa pemerintahan raja Kertajaya, Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan musuh yang telah memusuhi Istana di Katang-katang
6) Prasasti Kerajaan Pajajaran di Jawa Barat
  1. Prasasti Rakryan Juru Pangambat (923 M), menceritakan pengembalian ke kuasaan Raja Pajajaran.
  2. Prasasti Horen (berasal dari kerajaan majapahit) menyebutkan bahwa penduduk di kampung Horen sering tidak merasa aman karena ada gangguan-gangguan musuh dari barat ( kemungkinan kerajaan Pajajaran).
  3. Prasasti  Citasih (1030 M), dibuat atas perintah Raja Maharaja Jayabhupati untuk memperingati bangunan Sang Hyang Tapak yaitu sebagai tanda terimakasih raja terhadap pasukan pajajaran
  4. Prasasti Astanagede (di kawali, Ciamis), menceritakan tentang perpindahan pusat pemerintahan dari Pakwan (Pakuan) pajajaran Ke Kawali.
b. Kitab
Kitab adalah tulisan para pujangga kerajaan yang dapat di jadikan petunjuk untuk menyingkapkan suatu peristiwa sejarah. Namun, tulisan – tulisan para pujangga tersebut tidak terlepas dari pengaruh kekuasaan sehingga sering kali tidak netral. Hal ini di karenakan isi kitab tidak lebih dari sekedar mengagung – agungkan seorang raja yang sedang berkuasa.Kitab pada zaman kerajaan Mataram Kuno
1) Kitab pada zaman kerajaan Mataram Kuno
a. Kitab Ramayana
Di tulis oleh Walmiki, merupakan hasil karya sastra dari India. Kitab ini disadur pada abad ke-10 dalam bentuk kakawin.
b. Kitab Mahabharata
Terdiri dari parwa, berasal dari India yang dihimpun oleh Begawan Wiyasa dan Krisna Dwipayana. Kitab Mahabharata digubah dalam bentuk syair dan seloka dala
c. Kitab Sang Hyang Kamahayanikan
kitab ini berisi mengenai ajaran Buddha Tantrayana yang ditulis pada pemerintahan Mpu Sindok.

2) Kitab pada zaman kerajaan Kediri
a. Arjunawiwaha
Merupakan karya Mpu Kanwa pada tahun 1030 M, pada masa pemerintahan Airlangga.
Isinya meriwayatkan Arjuna yang bertapa untuk mendapatkan senjata guna keperluan perang melawan Kurawa.
b. Kresnayana
Karya Mpu Triguna. Memuat riwayat Kresna semasa kecil. Cerita yang mirip dengan Kresnayana adalah cerita dalam kitab Hariwangsa karya Mpu Panuluh, yang digubah pada zaman Raja Jayabaya, dan berisi kisah perkawinan Kresna dengan Dewi Rukhimi.
c. Smaradahana
Karya Mpu Dharmaja pada masa Sri Kameswara. Mengisahkan hilangnya suami istri Dewa Kama dan Dewi Ratih karena api yang keluar dari mata ketiga Dewa Syiwa.
d. Baratayudha
Karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Isinya tentang peperangan 18 hari antara keluarga Pandawa dan Kurawa.
e. Gatotkacasraya
Karangan Mpu Panuluh, menceritakan perkawinan Abimanyu, putra Arjuna, dengan Siti Sundhari atas bantuan Gatotkaca, putra Bima.Ditulis pada zaman Raja Jayabaya.

3) Kitab pada zaman kerajaan Majapahit
Majapahit I;
a. Negarakertagama
Ditulis pada zaman pemerintahan Hayam Wuruk oleh Mpu Prapanca. Mengenai kerajaan Singasari dari masa pemerintahan Ken Arok, raja pertama Singosari hingga Hayam Wuruk.
b. Sutasoma
Karangan Mpu Tantular. Menceritakan Sutasoma, putra raja yang kemudian mendalami agama Budha. Dalam kitab ini terdapat kata Bhinneka tunggal ika,tan hana dharma mangrwa. Kata bhinneka tunggal ika inilah yang kemudian menjadi semboyan persatuan kita.
c. Arjunawijaya
Karangan Mpu Tantular. Kitab mengisahkan raja Arjuna Sasrabahu dan Patih Sumantri melawan Raksasa Rahwana.
d. Kutaramanawa
Ditulis oleh Gajah Mada. Disusun berdasarkan kitab hukum Kutarasastra dan kitab hukum Munawasastra, dan kemudian disesuaikan dengan hukum adat pada waktu itu. Masa kekuasaan kerajaan Islam

Majapahit II
a. Pararaton
Pararaton berisi dongeng dan mitos. Pengarangnya sampai sekarang belum diketahui. Terdiri atas 2 bagian. Bagian pertama berisi riwayat Ken Arok sampai raja-raja Sigasari. Bagian kedua mengisahkan Kerajaan Majapahit mulai dari Raden Wijaya, Jayanegara, pemberontakan Ronggolawe dan Sora, Perang Bubad, dan daftar raja sesudah Hayam Wuruk.
b. Sundayana
Berisi tentang perang Bubat antara Majapahit dan Pajajaran di lapangan Bubat, sebelah utara kota Majapahit.
c. Panji Wijayakrama
Menceritakan tentang riwayat raden wijaya hingga menjadi raja Majapahit.
d. Ranggalawe
Mengisahkan pemberontakan tentang pemberontakan dari Tuban terhadap Raja Jayanegara.
e. Sorandaka
Mengisahkan pemberontakan Sora terhadap Raja Jayanegara
f. Pamancangah
Mengisahkan para dewa Agung dari kerajaan Gelgel (Bali).
g. Usana Jawa
Menceritakan penaklukan Bali oleh Gajah Mada dan Arya Damar. Selain itu juga menceritakan tentang raja Raksasa Maya Danawa dan Perpindahan keraton Majapahit ke Gelgel.
h. Usana Bali
Menceritakan tentang kekacauan di Bali yang disebabkan oleh mengganasnya seorang Raksasa bernama Maya Danawa.

2. Media Tulis sebagai sumber Pewarisan Sejarah
Selain mengunakan batu masyarakat indonesia pada masa praaksara juga mengunakan media lainya  sumber penulisan sejarah seperti,;
a. Daun Lontor
Lontar adalah daun palem tal atau borassus flabelifer yang telah diolah dan dikeringkan serta telah digunakan selama berabad-abad di Jawa,Lombok,Bali bahakan hingga kini tradisi lontar masi berlangsung dalam masyarakat Bali.
Tulisan  lontar ditorehkan di kedua sisi dengan mengunakan pisau tajam kemudian hurufnya dihitamkan dengan mengunakan jelaga.Naskah lontar yang terkenal berisi kakawin bharatayudha,Kakawin ini di tulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Pandawa dan Kurawa pada tahun 1157.Dalam lontar ini tertulis syair tentang perang 18 hari antara pandawa dan kurawa yang berakhir dengan kehancuran kurawa.
b. Kulit kayu atau Kulit pohon
Tradisi menulis dengan mengunakan media kulit pohon ini banyak dijumpai di daerah batak,kulit pohon ini banyak dipakai oleh pramal batak untuk menuliskan mantra-mantra tentang sihir atau ramalan dan pengobatan dan disusun dalam satu rangkaian naska buku lipat yang disebut dengan pustaha.Beberapa putaha berisikan diagram-diagram magis yang ditulis dengan tinta merah dan hitam.
c. Dluwang / Jeluang
Dluwang merupakan sejenis material halus yang menyerupai kayu pohon mulberry (broussonetia papyrifera).Dluwang banyak digunakan di Jawa untuk menulis naskah-naskah berbahasa arab dan jawa seperti pawukon atau primbon. 
d. Daun Niftah / daun nipah
Daun Niftah (nifa frutican)lebih tipis dari daun lontar.Daun niftah digunakan juga sebagai bahan untuk menulis.Dalam daun nifa digunakan tinta  atau kuas untuk menulis.
e. Bambu
Pengunaan bambu sebagai alat tulis banyak ditemukan di  Batak,Lampung,dan Rejang.Bbambu dibelah menjadi lembaran-lembaran lalu dikeringkan dan dirangkaikan seperti daun palem  atau dibiarkan dalam bentuk tabung dan teks atau tulisannya ditoreh dengan pisau tajam.
f. Logam Mulia
Logam dari emas dan perak digunakan sebagai bahan untuk menulis terutama untuk lambang-lambang kebesaran kerajaan.Salah satu contohnaya adalah penemuan kipas yang terbuat dari emas masa kebesaran kerajaan johor,Riau.Dalam kipas terebut memuat tulisan yang memberikan informasi tentang prasati melayu yang mengatakan asal usul sultan dari bukit Singuntang serta keturunanya dari Iskandar Agung.

3. Tradisi sejarah pada Masyarakat
Ada beberapa tradisi sejarah masyarakat Indonesia;
a. Upacara Labuhan
Upacara mengirimkan barang-barangdan sesaji ke tempat-tempatyang dianggap keramat sebagai penolak bala untuk keselamatan.
b. Tradisi Sadranan
Tradisi pemberian sesaji untuk anggota keluarga yang telah meninggal dunia.
c. Upacara Garebek & Sekaten
Upacara garebek, biasanya didahului dengan perayaan sekaten berbentuk pasar malam yang dimulai satu malam atau dua minggu sebelum upacara tradisional sekaten yang dilangsungkan di alun-alun dengan beraneka jajanan, berbagai pertunjukan, permainan, dan pameran yang digelar untuk menghibur masyarakat.

4. Perkembangan penulisan sejarah di Indonesia
Puncak dari suatu penilaian sejarah adalah penulisan sejarah, lalu hasil penulisan tersebut disebut dengan historiografi.
a. Historiografi Tradisional
Penulisan sejarah tradisional adalah penulisan sejarah yang dimulai dari zaman Hindu sampai masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Penulisan sejarah pada zaman ini berpusat pada masalah-masalah pemerintahan dari raja-raja yang berkuasa, bersifat istanasentris yang mengutamakan keinginan dan kepentingan raja. Penulisan sejarah di zaman Hindu-Buddha pada umumnya ditulis di prasasti dengan tujuan agar generasi penerus dapat mengetahui peristiwa di zaman kerajaan pada masa dulu di mana seorang raja memerintah, contoh kitab Arjunawiwaha zaman Erlangga, kitab Panji zaman Kameswara, serta kitab Baratayuda dan Gatotkacasraya di zaman Kediri pada masa Raja Jayabaya. Kitab Gatotkacasraya memuat unsur javanisasi, yakni mulai muncul dewa asli Jawa, yaitu Punakawan (Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong). Walaupun dari segi wajah kurang, tokoh ini bijak dan memiliki kemampuan yang luar biasa.
Setelah agama Islam masuk ke Nusantara maka terjadi proses akulturasi kebudayaan yang menghasilkan bentuk baru dalam penulisan sejarah. Bentuk penulisan itu adalah mulai digunakannya kitab sebagai pengganti prasasti, contohnya, Babad Tanah Jawi dan Babad Cirebon. Penulisan peristiwa yang terjadi pada masa raja-raja Islam ditulis berdasarkan petunjuk raja untuk kepentingan kerajaan, misalkan kitab Bustanus Salatina. Kitab ini menulis sejarah Aceh, juga berisi kehidupan politik pada masa Islam di Aceh, kehidupan masyarakat, soal agama Islam, sosial, dan ekonomi. Penulisan sejarah tradisional pada umumnya lebih menekankan pada beberapa hal berikut.
  • Hanya membahas aspek tertentu, misalnya, hanya aspek keturunan (genealogi saja) atau hanya diutamakan aspek kepercayaan (religius saja).
  • Hanya membicarakan peristiwa tertentu yang dianggap penting dan perlu ditanamkan di tengah masyarakatnya untuk kepentingan istana belaka.
  • Mengedepankan sejarah keturunan dari satu raja kepada raja berikutnya.
  • Sering sejarah tradisional hanya memuat biografi tokoh-tokoh terkemuka di masa kekuasaannya.
  • Sejarah tradisional menekankan pada struktur bukan prosesnya.
Jadi, dalam penulisan sejarah tersebut tradisi masyarakat dan peran tokoh sangat diutamakan sebab adanya gambaran raja kultus dalam penulisannya, seperti di zaman Raja Kertanegara. Namun, penulisan sejarah tradisional sangat berarti bagi penelusuran sejarah di masa lalu.

b. Historiografi kolonial
Penulisan sejarah kolonial adalah penulisan sejarah yang bersifat eropasentris. Tujuan penulisan ini adalah untuk memperkukuh kekuasaan mereka di Nusantara. Penulisan sejarah yang berfokus barat ini jelas merendahkan derajat bangsa Indonesia dan mengunggulkan derajat bangsa Eropa, misalnya, pemberontakan Diponegoro dan pemberontakan kaum Padri. Tokoh tersebut oleh bangsa Eropa dianggap pemberontak, sedangkan Daendels dianggap sebagai figur yang berguna. Tulisan mereka dianggap sebagai propaganda penjajahan serta pembenaran penjajahan di Indonesia. Padahal, kenyataannya adalah penindasan. Akan tetapi, ada juga penulis Eropa yang cukup objektif, misalnya, Dr. Van Leur dengan karya tulisan Indonesian Trade and Society dan karya Dr. Schrieke, Indonesia Sociological Studies, yang memaparkan perdagangan dan masyarakat Nusantara. Dasar pemikiran sarjana Belanda tersebut dirumuskan kembali secara sistematik oleh Dr. Sartono Kartodirdjo dengan pendekatan multidimensional, yaitu pendekatan dalam penulisan sejarah dengan beberapa ilmu sosial, ekonomi, sosiologi, dan antropologi.
Ciri-ciri historiografi Kolonial;
  1. Merupakan sejarah belanda di hindia timur (Indonesia)
  2. Bersikap diskriminatif
  3. Menggunakan sumber-sumber Belanda
  4. Menganggap bahwa hindia timur belum memiliki sejarah sebelum kedatangan orang eropa (belanda)
  5. Berisi tentang sejarah orang besar dan politik
c. Historiografi Nasional
Penulisan sejarah nasional adalah penulisan sejarah yang bersifat Indonesia sentris, dengan metodologi sejarah Indonesia dan pendekatan multidimensional. Jadi, penulisannya dilihat dari sisi kepentingan nasional. Historiografi nasional dirintis oleh Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo. Dalam historiografi nasional akan terungkap betapa pedihnya keadaan di zaman pergerakan nasional Indonesia oleh penjajahan barat sehingga membangkitkan semangat rakyat untuk merdeka. Historiografi nasional juga akan mengungkapkan bagaimana mengisi kemerdekaan Indonesia yang telah teraih pada 17 Agustus 1945 itu agar menjadi negara yang maju dan dihormati bangsa lain. Dalam perkembangannya, penulisan sejarah di Indonesia pada umumnya bersifat naratif yang mengungkapkan fakta mengenai apa, siapa, kapan, dan di mana serta menerangkan bagaimana itu terjadi. Supaya sejarah dapat mengikuti perkembangan ilmu lainnya maka harus meminjam konsep ilmu-ilmu sosial dan diuraikan secara sistematis.
Beberapa pendekatan yang digunakan dalam perkembangan penulisan sejarah sebagai berikut.
  1. Pendekatan sosiologi untuk melihat segi sosial peristiwa yang dikaji, misalnya, golongan masyarakat mana yang memelopori.
  2. Pendekatan antropologi untuk mengungkapkan nilai yang mendasari perilaku para tokoh sejarah, status, gaya hidup, dan sistem kepercayaan.
  3. Pendekatan politik untuk menyoroti struktur kekuasaan, jenis kepemimpinan, tingkat sosial, dan pertentangan kekuasaan.
Demikianlah ulasan mengenai "Tradisi Sejarah Indonesia Masa Aksara", yang pada kesempatan ini dapat sampaikan dan kurang/lebihnya mohon maaf. Cukup sekian dan sampai jumpa, serta semoga anda sukses!!!