Pangsa pasar kubis merah yang masih terbatas tidak membuat petani menyurutkan langkah untuk membudidayakannya. Apalagi dengan biaya produki dan teknologi budidaya yang sama, mereka berpeluang mendapatkan keuntungan lebih besar. Tidak heran kalau petani Cipanas dan Lembang mulai menekuni komoditas eksklusif ini.
Kubis putih (Brassica oleracea car. capitata forma alba), kubis savoy (B. Oleraceae var. capitata forma saubada), dan kubis merah (B. Oleraceae var. capitata forma rubra) adalah 3 jenis kubis krop yang umum dibudidayakan di dunia. Di Indonesia petani di sentra sayuran-sayuran lebih banyak menanam kubis putih. Namun, belakangan mereka mulai melirik kubis merah lantaran nilai ekonomisnya tinggi. Tersirat dari namanya, warna kropnya yang bulat itu amat menarik – berwarna merah keunguan mengkilap.
Sampai sekarang kubis merah masih termasuk komoditas eksklusif. Suplay terbatas ke kota-kota besar, sedangkan peminatnya masih di kalangan menengah yang berbelanja di pasar swalayan seperti Hero atau Gelael. Sayuran ini dikemas dalam wadah berlapiskan plastik polietilen. Di Supermarket misalnya, satu kemesan seberat ½ kg berisi 4 krop kecil-kecil seharga Rp 4.000,00. Untuk ukuran kerabat kubis, harga ini termasuk menggiurkan, sehingga petani di Cipanas dan Lembang tertarik mengusahakannya.
Benih hasil introduksi
Hingga saat ini ada 5 varietas benih kubis merah yang beredar di pasaran, yakni ruby ball dan ruby perfection produksi Takii Seed (Jepang), red rookie dari Sakata Seed (Jepang), red topper asal Chia Thai (Thailand), dan red sun (Hongnong- Korea). Tapi, kelima varietas tersebut belum semuanya ditanam petani. Johanes, petani di Lembang mencoba menanam ruby ball. Varietas ini dapat dipanen pada umur 65 hari. Bentuk kropnya bulat dengan bobot 1,5 kg.
Dr. Ir. A. Hadi Permadi, dari Balai Penelitian Hortikultura Lembang – Bandung, pernah melakukan ujicoba adaptasi dan daya hasil beberapa varietas termasuk ruby ball. Hasil penelitian yang mengambil lokasi di Lembang itu menunjukkan varietas asal Jepang tersebut cocok diusahakan di dataran tinggi.
Cara Bertanam (Budidaya)
“Teknik bertanam kubis merah pada dasarnya sama seperti kubis krop putih,” kata Ir. A. R. Wiyono dari Era Tani, distributor Takii Seed di Indonesia. Dibanding varietas yang putih, si merah ini punya kelebihan tersendiri sehubungan dengan pengamatan hama. Jika petani menerapkan pengendalian hama terpadu, saat pengamatan populasi hama menjadi lebih mudah. Ulat pemakan daun kubis yang berwarna hijau tampak kontras pada daun yang merah keunguan itu.
Cara bertanam (budidaya) kubis
Benih yang sudah tersedia disemai dulu hingga berumur 1 bulan. Namun, ketika berumur 10-15 hari bibit perlu dipisahkan satu-satu. Masing-masing ditanam dalam bumbung terbuat dari daun pisang atau polibag kecil berukuran 8 cm x 10 cm. media yang digunakan berupa campuran tanah halus dan pupuk kandang halus dengan perbandingan 1 : 1 atau 2 : 1.
Sementara menunggu bibit siap tanam, lahan diolah sempurna paling tidak 14 hari sebelum pindah tanam. Untuk pertanaman kubis, disiapkan bedengan selebar 100-120 cm, tinggi 30 cm, dan lebar parit antar bedengan 40 cm. Agar kondisi tanah cukup baik bagi pertumbuhan tanaman, perlu dicampurkan pupuk kandang berkisar 15-20 ton/hektar. Atau bisa juga pupuk kandang di taruh dalam lubang. Apabila bibit telah cukup umur atau berdaun 3- 4 helai, mereka dipindahkan ke lapang. Jarak tanam yang memadai 50 cm x 60 cm.
Pemeliharaan budidaya) kubis
Tidak berbeda dengan kubis putih, kubis merah pun memerlukan pemeliharaan yang seksama. Pertanaman perlu disiram, disiangi gulmanya, dan penggemuran tanah bersamaan dengan pemupukan. pemupukan – selain pupuk kandang – dilakukan pula pupuk susulan 2 kali, yakni pada umur 2 minggu dan 4 minggu. Jenis dan jumlah pupuk yang diberikan setiap hektarnya meliputi urea 250 kg (ZA 500 kg), TSP 200 kg, dan KCI 200 kg.
Ketika tanaman berumur 2 minggu, satu dosis pupuk TSP dan KCI ditambah ½ dosis urea atau ZA diberikan saat umur tanaman mencapai 4 minggu. Pupuk disebar dalam larikan di antara baris tanaman sejauh 10-15 cm dari kanopi. Setelah itu, pupuk di tutup tanah galian.
Pertanaman kubis umumnya rentan terhadap serangan hama pemakan daun Plutella dan Crocidolomia, sehingga perlu dilakukan pengendalian terpadu. Cara yang bisa ditempuh, antara lain rotasi tanaman dengan tanaman bukan keluarga kubis-kubisan, pengelolaan air yang baik, menjaga kebersihan pertanaman dari sisa tanaman dan rumput liar sarang hama. Selain itu, di sekelilingnya juga bisa ditanam tanaman perangkap (mutard atau rape) dan pemasangan sex pheromone untuk menjebak ngengat jantan. Kalau pun terpaksa melakukan pengendalian dengan insektisida, sebaiknya dipilih yang biologis.