Penemuan dari Abbot Gregor Mendel (1857)
Seorang biarawan Austria bernama Gregor Mendel, pernah mengadakan penelitian terhadap kacang-kacang yang warna bunganya berbeda-beda. Mendel mengadakan perkawinan silang antara kacang yang berbunga putih dengan kacang yang berbunga merah. Ketika Mendel mengawinkan kacang yang berbunga putih dengan kacang yang berbunga merah, ia menemukan apa yang disebut sebagai “elements” yang amat kecilnya sehingga tidak dapat diraba. Elemen-elemen itulah yang bisa menghasilkan perubahan warna bunga pada kacang silang (perkawinan). Masing-masing bunga pada “elements” dan apabila dikawinkan terjadi percampuran antar elemen. Di antara “elements” bunga merah dan “elements” bunga putih ada yang berpengaruh kuat (dominant) dan ada yang berpengaruh lemah (recessive). Elemen mana yang dominan itulah yang akan menentukan sifat keturunan kacang, menjadi berbunga merah ataukah putih.
Dalam eksperimennya itu, Mendel mengadakan tiga tahap pengamatan.
- Tahap pertama, terhadap ratusan tanaman kacang-kacangnya, ia mengadakan perkawinan antara kacang yang berbunga putih dengan kacang yang berbunga merah. Hasilnya ternyata tumbuh serupa dengan bunga merah semua. Jadi, generasi kedua pada kacang ini tidak ada yang berbunga putih.
- Tahap kedua, Mendel mengawinkan sepasang tanaman kacang generasi kedua hasil perkawinan pertama tadi yang bunganya sama-sama berwarna merah. Hasil perkawinan itu adalah kacang-kacang generasi ketiga dengan bunga- bunga yang berseling warna, yakni tiga di antara empat bunga berwarna merah, sedangkan satu di antara empat bunga ternyata berwarna putih seperti warna bunga putih pada kacang nenek moyangnya. Ini berarti, bahwa pengaruh elemen putih tersembunyi selama dalam generasi sebelumnya.
- Tahap ketiga, Mendel melanjutkan eksperimentasi di atas, semula mengamati warna keempat bunga pada kacang generasi ketiga tersebut di atas. Meskipun pada ketiga warna merah itu seolah-olah sama, namun ternyata hanya satu di antaranya yang benar-benar berwarna merah seperti warna merah bunga nenek moyangnya. Dan apabila antara bunga warna merah persis dengan merahnya warna bunga nenek moyang dikawinkan, menghasilkan kacang yang semua bunganya berwarna merah yakni pada kacang generasi keempat ini, hasilnya muncul di antara bunga-bunga yang berwarna merah yakni bunga berwarna putih, seputih warna bunga nenek moyangnya.
Setiap hasil pengamatan di atas ditekan oleh Mendel serta dianalisis dengan menghasilkan kesimpulan yang terkenal dengan sebutan “Hukum Mendel”. Hukum Mendel terdiri dari 3 item, masing-masing berbunyi;
- Sifat-sifat warisan atau turunan dihasilkan oleh apa yang disebut Mendel “elements” atau “factors” yang diteruskan dengan tidak berubah dari generasi yang satu ke generasi berikutnya.
- Dalam masing-masing individu, elemen-elemen atau faktor-faktor itu berbentuk pasangan-pasangan, di mana dalam satu pasangan 2 elemennya mempunyai pengaruh berbeda, salah satu elemen mendominasi elemen lainnya, sehingga bisa dikatakan, bahwa elemen yang satu adalah “dominant” dan elemen lain “recessive”.
- Ketika benih-benih terbentuk di dalam individu, para anggota masing-masing pasangan elemen memisahkan diri dari pasangan-pasangan lainnya sehingga membentuk pasangan baru di mana satu dari dua elemen yang berpasangan berasal dari masing-masing induk (orang tuanya), dan ini diturunkan kepada keturunan atau anak cucunya.
Hukum Mendel itu dilaporkan dalam bentuk sebuah paper pada tahun 1865 yang kemudian diterbitkan pada tahun 1866. Namun demikian, dunia ilmiah tidak menaruh perhatian terhadap jasa Mendel ini. Hal ini disebabkan karena pada saat itu manusia sedang dimabuk oleh teori evolusi Darwin.
Demikianlah ulasan mengenai Penemuan dari Abbot Gregor Mendel, yang pada kesempatan ini dapat dibahas dengan lancar. Semoga ulasan di atas bermanfaat dan untuk kurang lebihnya mohon maaf. Cukup sekian dan sampai jumpa!
*Rajinlah belajar demi Bangsa dan Negara, serta jagalah kesehatanmu!
*Semoga anda sukses!
*Berkunjunglah setiap hari!